Ada sebagian orang tua yang mempunyai harta kekayaan berlebih (sedikit lebih banyak dari orang pada umumnya), tidak jarang berpesan pada anaknya,"Kamu jangan berteman dengan dia, orang tuanya kan hanya seorang karyawan".
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
"Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja." -Buya Hamka-
Mari kita lihat seorang jutawan China yang rela menjadi tukang sapu demi melatih kemandirian kedua anaknya.
merdeka.com |
Adalah Yu Youzhen, seorang jutawan asal Kota Wuhan, China, yang kini
menjadi bahasan utama di beberapa surat kabar setempat. Pasalnya, untuk
memberikan contoh positif bagi kedua anaknya, Yu rela menjadi tukang
sapu jalan yang hanya menerima upah 1.420 yuan per bulan atau sekitar Rp
2,2 juta.
Uang yang didapatkannya dari upah menyapu jalan tentu tidaklah sebanding dengan pendapatannya saat ini. Yu, yang juga dikenal sebagai pemilik puluhan apartemen, tersebut memiliki aset jutaan yuan yang sangatlah cukup untuk menopang semua kebutuhan hidupnya. Namun, Yu tak ingin terlena dengan apa yang dia miliki sekarang.
Alih-alih bermalas-malasan di rumah dan menghitung semua kekayaannya, Yu tetap memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kebersihan. Pekerjaan tersebut rupanya telah ia lakukan sejak tahun 1998. Semua itu dilakukannya bukan tanpa alasan.
Yu tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya. Pada tahun 1980, ia hanyalah seorang petani sayur miskin di Hongshan, distrik Donghu, desa Huojiawan. Bersama suaminya, Yu harus mau bekerja keras untuk menghemat uang mereka. Setelah bertahun-tahun bekerja dari fajar hingga senja, mereka berhasil menjadi keluarga pertama yang memiliki rumah 3 lantai.
Kala itu, banyak orang yang datang ke Wuhan untuk mencari pekerjaan, dan banyak dari mereka yang membutuhkan tempat tinggal, sehingga Yu mulai menyewakan kamar cadangannya di rumahnya. Setiap kamar sewa menghasilkan sekitar 50 yuan setiap bulan.
Uang itu kemudian digunakan untuk membangun lebih banyak rumah dan menambah lantai. Setelah beberapa tahun, Yu dan suaminya memiliki tiga bangunan 5 lantai, yang sebagian besar disewakan. Beruntung lagi, sesuai dengan kebijakan penggantian dan pembangunan kembali lahan, Yu dan keluarganya mendapat kompensasi 21 apartemen dari pemerintah untuk seluruh rumah yang telah mereka bangun di Huojiawan.
Kekayaan itu tak pelak menyilaukan mata Yu dan suaminya. Ia yang sedari dulu telah bekerja keras tidak ingin kedua anaknya hidup berfoya-foya. Secara pribadi, Yu sangat menyayangkan sikap warga desanya yang sering menyia-nyiakan kekayaan mereka hanya untuk berjudi, minum, dan narkoba. Oleh karenanya, Yu bertekad akan mendidik anak-anaknya dengan memberi contoh yang baik. Salah satunya dengan menjadi tukang sapu jalan.
Ia bekerja sejak pukul 3 pagi selama enam hari dalam seminggu. Untuk membersihkan jalanan sepanjang 3 km, ia bahkan harus menghabiskan 6 jam sehari. Yu tidak hanya menyapu jalan, tetapi juga membersihkan semua tong sampah yang terdapat di sepanjang jalan.
"Saya ingin memberi contoh untuk putra dan putri saya. Seseorang tidak bisa hanya duduk di rumah dan 'menggerogoti' semua kekayaannya," kata Yu ketika ditanya perihal alasannya bekerja sebagai pembersih jalan, sebagaimana dilansir Oddtycentral (10/1).
Yu juga memperingatkan kedua anaknya untuk tetap bekerja sebagaimana mestinya. Jika tidak, ia mengancam untuk menyumbangkan semua hartanya pada negara. Kini, anak laki-lakinya telah bekerja sebagai supir di area Donghu Scenic dan digaji lebih dari 2.000 yuan per bulan, sedangkan putrinya bekerja di sebuah perkantoran dengan upah 3.000 yuan per bulan.
Setiap orang punya cara tersendiri untuk memaknai hidup. Namun, apakah hidup hanya sebatas kepuasan diri untuk apa yang telah kita dapatkan? Ataukah kita tetap berjuang seperti apa yang dilakukan Yu sepanjang hidupnya?
Uang yang didapatkannya dari upah menyapu jalan tentu tidaklah sebanding dengan pendapatannya saat ini. Yu, yang juga dikenal sebagai pemilik puluhan apartemen, tersebut memiliki aset jutaan yuan yang sangatlah cukup untuk menopang semua kebutuhan hidupnya. Namun, Yu tak ingin terlena dengan apa yang dia miliki sekarang.
Alih-alih bermalas-malasan di rumah dan menghitung semua kekayaannya, Yu tetap memutuskan untuk bekerja sebagai pekerja kebersihan. Pekerjaan tersebut rupanya telah ia lakukan sejak tahun 1998. Semua itu dilakukannya bukan tanpa alasan.
Yu tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya. Pada tahun 1980, ia hanyalah seorang petani sayur miskin di Hongshan, distrik Donghu, desa Huojiawan. Bersama suaminya, Yu harus mau bekerja keras untuk menghemat uang mereka. Setelah bertahun-tahun bekerja dari fajar hingga senja, mereka berhasil menjadi keluarga pertama yang memiliki rumah 3 lantai.
Kala itu, banyak orang yang datang ke Wuhan untuk mencari pekerjaan, dan banyak dari mereka yang membutuhkan tempat tinggal, sehingga Yu mulai menyewakan kamar cadangannya di rumahnya. Setiap kamar sewa menghasilkan sekitar 50 yuan setiap bulan.
Uang itu kemudian digunakan untuk membangun lebih banyak rumah dan menambah lantai. Setelah beberapa tahun, Yu dan suaminya memiliki tiga bangunan 5 lantai, yang sebagian besar disewakan. Beruntung lagi, sesuai dengan kebijakan penggantian dan pembangunan kembali lahan, Yu dan keluarganya mendapat kompensasi 21 apartemen dari pemerintah untuk seluruh rumah yang telah mereka bangun di Huojiawan.
Kekayaan itu tak pelak menyilaukan mata Yu dan suaminya. Ia yang sedari dulu telah bekerja keras tidak ingin kedua anaknya hidup berfoya-foya. Secara pribadi, Yu sangat menyayangkan sikap warga desanya yang sering menyia-nyiakan kekayaan mereka hanya untuk berjudi, minum, dan narkoba. Oleh karenanya, Yu bertekad akan mendidik anak-anaknya dengan memberi contoh yang baik. Salah satunya dengan menjadi tukang sapu jalan.
Ia bekerja sejak pukul 3 pagi selama enam hari dalam seminggu. Untuk membersihkan jalanan sepanjang 3 km, ia bahkan harus menghabiskan 6 jam sehari. Yu tidak hanya menyapu jalan, tetapi juga membersihkan semua tong sampah yang terdapat di sepanjang jalan.
"Saya ingin memberi contoh untuk putra dan putri saya. Seseorang tidak bisa hanya duduk di rumah dan 'menggerogoti' semua kekayaannya," kata Yu ketika ditanya perihal alasannya bekerja sebagai pembersih jalan, sebagaimana dilansir Oddtycentral (10/1).
Yu juga memperingatkan kedua anaknya untuk tetap bekerja sebagaimana mestinya. Jika tidak, ia mengancam untuk menyumbangkan semua hartanya pada negara. Kini, anak laki-lakinya telah bekerja sebagai supir di area Donghu Scenic dan digaji lebih dari 2.000 yuan per bulan, sedangkan putrinya bekerja di sebuah perkantoran dengan upah 3.000 yuan per bulan.
Setiap orang punya cara tersendiri untuk memaknai hidup. Namun, apakah hidup hanya sebatas kepuasan diri untuk apa yang telah kita dapatkan? Ataukah kita tetap berjuang seperti apa yang dilakukan Yu sepanjang hidupnya?
Allah berfirman QS. Al-Hadid : 20
“Ketahuilah oleh
kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta
berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi
hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20).
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya.
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat. #BERSIHKAN
HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
*** Source: http://www.merdeka.com/
Related Posts :
Terima kasih telah berkunjung di blog Kang Guru. Silahkan tinggalkan komentar anda di kotak komentar dan klik suka atau share artikel ini di Facebook, Twitter, maupun Google+1.
2 comments:
rendah hati orang china..
smg kita dpt mencotoh krendahan hatinya...
Posting Komentar