88 tahun yang lalu, tepatnya 3 Maret
1924 lalu secara resmi Khilafah Islam dihapus. Umat Islam pernah
mengalami masa kejayaan pada tahun 750 - 1500. Setelah masa itu secara
perlahan umat Islam mengalami degradasi yang berpuncak pada 3 Maret 1924
dimana Mustafa Kemal resmi mendirikan Republik Turki yang sekuler
menggantikan Khilafah Utsmani.
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia ..” (QS. Ali Imran (3): 140)
Kekalahan Di Gerbang Vienna
Pada jaman Khilafah Abbasiyah,
umat Islam menikmati kejayaan sains dan teknologi. Lalu pada jaman
Khilafah Utsmaniyah, umat Islam mendapati wilayah terluas. Pada masa
Sultan Fatih Mehmed II dan Khalifah Suleyman Qanuni, Islam sudah menjadi
sangat kuat bahkan menguasai darat dan lautan. Namun sayangnya hal ini
tak dimanfaatkan untuk memperbaiki pemahaman Islam. Terlena oleh
berbagai kemenangan dan kemewahan hidup, pasukan Islam tertahan dan
kalah di Gerbang Vienna pada tahun 1683. Dan itulah saat terakhir umat
Islam melakukan jihad, titik tolak dari kemunduran umat Islam. Dan ini
menjadi awal dari bangkitnya barat.
Awal Kebangkitan Barat
Saat jihad sudah ditinggalkan
demi kesenangan dunia, barat mulai melakukan ekspansi militer dengan
motonya 3G (Gold-Gospel-Glory). Barat mulai bergerak untuk menjajah
negeri muslim. Penyebab lain dari runtuhnya kejayaan umat Islam adalah
ditinggalkannya bahasa arab yang merupakan bahasa Islam (dan juga dapat
menjadi bahasa pemersatu umat Islam). Dengan ditinggalkannya bahasa
arab, maka semakin lemahlah pemahaman Islam.
Sultan-Sultan Mamalik pada
awalnya mereka merupakan budak-budak yang akhirnya menggantikan bangsa
Arab menjadi pemimpin umat Islam (Khilafah Islam). Masalah muncul sebab
kaum Mamalik bukanlah orang arab dan kemudian tidak menjadikan bahasa
arab sebagai bahasa ibu. Lalu terjadilah pemisahan "potensi Islam" dan
"potensi bahasa arab" yang merupakan pokok dari pengetahuan dan ilmu
dalam Islam. Rendahnya pemahaman Islam akibat ditinggalkannya bahasa
arab dapat terlihat ketika Al-Qaffal menutup pintu ijtihad, sehingga
umat resah.
Hal ini terus berlanjut hingga
sekarang dimana di banyak negeri Islam, umat Islam tidak menjadikan
bahasa arab sebagai bahasa ibu. Dan akhirnya munculah kasus-kasus
seperti ini, "Apakah TV halal atau haram?", "Bolehkah Al-Qur'an
dicetak?" dan semisal.
Kemunduran cara berpikir umat
Islam semakin lengkap ketika diserang oleh filsafat Persia dan Yunani
yang mencampuri cara berpikir umat Islam. Pengaruh filsafat Persia
sangat nyata dalam pemikiran tasawuf. Penyucian diri dengan cara
menyiksa fiksi sebagai ganti ketinggian ruh. Filsafat Yunani juga secara
nyata menyerang pemahaman tentang taqdir, qadha-qadar, hingga
melahirkan fitnag khalqul qur'an gaya mu'tazilah.
Dan ketika pemahaman Islam
melemah, ketakwaan kepada Allah memudar. Barat mulai berani meningkatkan
serangan-serangannya. Akhir abad 16, Dimulai di Malta para misionaris
mulai mengacaukan pemahaman umat Islam dengan membuat umat Islam ragu
akan ajaran Islam. Perancis, Inggris serta Amerika Serikat juga
bergabung menghancurkan umat Islam melalui paham nasionalisme.
Paham nasionalisme menyebar dan
membuat umat Islam berpikir tidak lagi umat yang satu, yakni umat Islam,
melainkan berpkir sesuai suku bangsa mereka seperti bangsa Arab, Turki,
Mesir dan lain-lain. Salah satu tempat paham nasionalisme diajarkan
adalah di Beirut. Dimana American University of Beirut didirikan pada
tahun 1866.
Penjajahan Barat
Selain itu keruntuhan Khilafah
juga terkait serangan fisik, peperangan dan imperialisme serta diikuti
oleh perjanjian-perjanjian. Perjanjian Karlowitz 1699, Passarowitz 1718,
Belgrade 1739, Küçük Kaynarca 1774, semuanya menghabisi wilayah
kekuasaan Khilafah Utsmani.
Rusia mengambil wilayah Khilafah
di bagian utara sampai berbatasan dengan laut hitam pada masa
Catherine. Perancis menjajah Mesir pada tahun 1698, Aljazair pada tahun
1830, Tunisia pada tahun 1881, Maroko pada tahun 1912. Inggris menjajah
India, China Barat, Sudan dan juga merebut Mesir dari Perancis. Wilayah
umat Islam bagaikan hidangan yang diperebutkan.
Umat Islam semakin terpuruk
akibat konflik internal yang terjadi. Pasukan Yeniseri sering melakukan
pemberontakan. Dan akhirnya pasukan ini dibubarkan oleh Khalifah Mahmud
II pada 1826. Akibatnya kekuatan umat Islam semakin berkurang karena
tiadanya pasukan.
Sistem Sekuler Hancurkan Khilafah
Saat pasukan yeniseri bubar,
maka pengaruh barat memaksa Khilafah mengadakan 'tanzimat' (ide
pembaharuan) militer dan hukum. Reformasi yang dipengaruhi cara berpikir
barat ini membuat Khilafah Islam cenderung menjadi sekuler (paham yang
memisahkan ajaran agama dengan dunia).
Setelah 'tanzimat' ini maka
Khilafah mulai mengadopsi sistem keuangan, hukum sipil dan hukum pidana
Perancis. Reformasi militer mengadopsi sistem militer Perancis dan
Swedia, sehingga umat Islam dikuasai secara tak langsung. Jizyah
dihapus, pasar saham didirikan, non-muslim diizinkan jadi tentara
reguler, boleh mendirikan universitas-universitas barat, mendirikan
parlemen. Hemayun script dibuat. Sistem parlamenter diterapkan, membagi
dua mahkamah dan mengadopsi hukum barat.
Bersamaan dengan itu,
benih-benih nasionalisme tumbuh di dunia Islam. Maka berdirilah, fatatul
turk (pemuda turki), fatatul arab (pemuda arab). Lalu para pemuda
penganut Nasionalisme ini mulai menyerukan disintegrasi (pemberontakan)
Islam berdasarkan etnis. Misalnya gerakan ittihad wa taraqiy turki.
Gerakan ini didukung oleh loji-loji freemasin di yunani, dan membiayai
mereka, dan mengijinkan izinkan rapat di loji mereka.
Begitulah umat Islam
dipecah-pecah berdasarkan paham nasionalisme, dimana ukhuwah dibedakan
oleh warna kulit dan bentuk wajah. Antek-antek barat seperti Jamaluddin
Al-Afghani pun diminta untuk menolak Khilafah. Gerakan seperti
pan-arabisme (persatuan etnis arab) dimunculkan. Khalifah Abdul Hamid II
dalam catatan hariannya menyebut Jamaluddin Al-Afghani sebagai pelawak
dan orang yang sangat berbahaya.
Pukulan paling keras yang
membuat Khilafah runtuh datang saat terjadi Perang Dunia I (1914-1917).
Kaum muslim terjebak dalam peperangan melawan sekutu dan kalah total.
Dan melalui perjanjian Sykes-Picot (Inggris-Perancis) wilayah Islam
secara formal dipecah belah penjajah.
Lawrence of Arabia memulai
pemberontakan negeri-negeri Arab di Syam pada 1916-1918 dan akhirnya
bermunculan negeri-negeri baru. Barat juga mendukung pemberontakan Ibnu
Saud dan Raja Faisal memimpin "revolusi Arab" yang didukung Inggris.
Inggris kemudian membagi-bagi
wilayah-wilayah kaum muslim dan membuat mereka menjadi satuan yang
lemah. Inggris pula yang mendukung Mustafa Kemal mengganti Khilafah
Utsmani menjadi Republik Turki pada 3 Maret 1924. 88 tahun yang lalu.